Jiew : Sebuah Tinjaun Historis
Sejarah pulau itu terjadi bermula dari dua orang
bersaudara yang tinggal di wliayah patani utara sekitar Tahun 1302. Borfa
tinggal di Gaelafat (Gemia) dan Bornabi tinggal di Patamdi (Tepeleo) Kedua
daerah ini sekarang secara adminitrasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Patani
Utara Kabupaten Halmahera Tengah. Kedua orang ini saat mereka dikebun
(Gaelafat) mereka memandang kelaut tiba-tiba melihat sebuah pulau yang
muncul/kelihatan dikejauhan. Mereka kemudian berniat dan bersepakat untuk pergi
kepulau itu. Dari kebun kemudian turun kepesisir Patamdi (Tepeleo) dengan
tujuan untuk mempersiapkan peralatan (perahu dan sebagainya) untuk menuju pulau
yang di lihat.
Pada saat mereka mempersiapkan peralatan tersebut
datanglah seorang tua beserta 7 orang putra dan 1 orang putri dari desa Wayamli
(Saat ini termasuk wilayah administrasi Kabupaten Halmahera Timur). Putri
tersebut mengidap penyakit kusta. Kedatangan keluarga ini dengan maksud untuk
mencari obat. Pada saat bertemu kelurga ini bermaksud meminta bantuan kepada
Borfa dan Bornabi untuk mencarikan obat karena putrinya mengidap penyakit
kusta. Sementara mempersiapkan obat putrinya meninggal dan di makamkan di
patamdi (Tepeloe,). Setelah acara pemakaman mereka (Borfa dan Burnabi) kemudian
memutuskan untuk melanjutkan keinginan mereka ke pulau yang dilihat.
Dalam perjalanan mereka juga diantar oleh keluarga tadi
(dari desa Wayamli) sesampainya di Loi Tob (Pulau Karang) kurang lebih 13 mill
dari pulau Yiuw mereka kemudian berpisah. Pada saat berpisah orang wayamlii membuat
pernyataan kepada Borfa dan Bornabi dengan bahasa Wayamli ”Kipat potone, kipat
potone” artinya bahwa batu, pulau dan segala yang ada di sekitarnya adalah
milik orang Patani yang notebene adalah Borfa (Gemia) dan Burnabi (Tepeleo).
Selanjutnya kepemilikan pulau Yiuw menjadi bagian dari wlayah desa gemia karena
atas dasar pernyaataan Bornabi bahwa diantara mereka berdua yang pertama kali
melihat pulau ketika berada dipuncak gaelafat (puncak tertinggi di patani
utara) adalah Borfa sebagai adiknya yang tinggal di dasa Gemia.
Pulau Jiew pertama kali disebut oleh mereka dengan nama
IAW yang artinya pulau burung karena di pulau ini terdapat Burung Emas yang
oleh masyarakat Patani (Gemia) disebut IAW. Atas dasar penyebutan ini menjadi
cikal bakal penamaan pulau Jiew sampai saat ini.
Secara yuridis pulau Jiew merupakan bagian dari wilayah
kesultanan Tidore yang ditertibkan pada masa pemerintahan Sultan Tidore pertama
Bakir Nakir Asfarisani pada tahun 1306. Sebelum pemekaran wilayah, nama asli
patani adalah poton, yang artinya adalah yang punya tanah ini. Dan kemudian
Pada masa pemerintahan Sultan Jou Barakati Ikhtibar Sjah Raja Cililiati
(1403-1443) raja ke-9 yang menetapkan pulau Jiew sebagai bagian dari wilayah
desa Gemia.
Setelah peristiwa tersebut di atas, siapapun yang
berkeinginan ke pulau Jiew harus meminta ijin kepada masyarakat gemia (kepala
desa), termasuk keturunan Bornabi. Setelah Borfa turunan berikutnya adalah
Monfa dan Mialang sampai generasi terakhir (saat ini) adalah Ridwan Hi Yusuf
Mialang yang dipercaya oleh masyarakat Gemia dan sekitarnya sebagai penjaga
pulau Jiew. Dan keluarga dari keturunan Borfa sampai saat ini masih tetap
mempertahankan ritual-ritual tertentu ketika hendak ke pulau Jiew. (Hasil
wawancara dengan H. Abdul Djalil H. Abdullah Ikhtibar Sjah. Pelaku sejarah
pulau jiew turunan dari sultan tidore ke-9 dan Ridwan Hi Yusuf Mialang).
Sumber : DKP, Provinsi Maluku Utara, 2012